Rabu, 05 Desember 2012

SISTEM BASIS DATA 1




RANGKUMAN LAPORAN HASIL WAWANCARA PERUSAHAAN YANG MENGGUNAKAN SISTEM BASIS DATA




VICKY ARIESCA MERLIANA
19110701
3KA11


SEKILAS TENTANG PERUSAHAAN


Nama Perusahaan        : MediaBanc
Bidang Perusahaan      : Media Informasi
Tahun Berdiri               :1997
Visi              : Terus memimpin Intelijen Industri Media Terpadu dengan PEMBERDAYAAN informasi yang mendalam kepada Klien di seluruh dunia dalam membangun Nilai Merek mereka, melalui iklan kami yang komprehensif dan berita perpustakaan Asia Tenggara –dengan didorong oleh filosofi kami satu hati".
Misi                             :
Orang-orang kami berbagi PERUSAHAAN ini, kami memberikan teknologi maju,  Menambahkan Nilai Tinggi & Inovatif Intelijen Media ke Klien kami, untuk informasi Pengambilan Keputusan Merek Strategis yang lebih baik, cepat, efektif dan terjangkau.

Website                                 : www.mediabanc.ws



POKOK PEMBAHASAN :
1.     Apakah perusahaan ini menggunakan basis data ?
2.     Posisi bagian apa yang anda tempati dalam perusahaan ini?
3.     Aplikasi atau Software apakah yang perusahaan gunakan sebagai penunjang basis data?
4.     Sampai dimanakah wewenang Anda dalam mengelola basis data?

JAWABAN :
1.     Ya,tentunya perusahaan ini menggunakan ssitem basis data dalam pengelolaannya. Karena perusahan ini bergerak di bidang media informasi. Yang dimaksud dengan media informasi adalah memberikan suatu informasi kepada client  yang notabenenya adalah saingan perusahaan tersebut.
2.     Hasil dari wawancara ini kami dapat dari bagian Data Entry, yaitu orang yang mengentri informasi baik seseorang, benda, merk, perusahaan dan lain-lain.
3.     Perusahaan ini memakai Aplikasi yang bernama Media Analysis, berikut adalah contoh tampilan dari aplikasi media analysis :


Lalu dalam bentuk Ms. Excel :


Untuk aplikasi selanjutnya kami tidak diperkenankan untuk mengetahui lebih lanjut.

4.     Dari seseorang yang kita wawancarai tersebut yang berposisi sebagai Data Entry (atau orang yang mengentri suatu data ke Aplikasi tersebut) hak dan wewenang dia hanya sebatas pengentrian data saja. Selebihnya seperti mengecek pemasukan data berada pada wewenang Analis Konsultan. Dan untuk pengaksesan lebih lanjut  berada pihak wewenang tingkat yang lebih tinggi.
















Sabtu, 23 Juni 2012

Produk Domestik Regional Bruto(PDRB) Kota Bekasi Tahun 2001-2011

Nama kelompok:
1. Nonik (15110023)
2. Siti Nurfana Sabatian (16110606)
3. Vicky Ariesca Merliana (19110701)

2ka11

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA BEKASI
TAHUN 2001-2011

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat allah SWT atas selesainya penyusunan publikasi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) kota Bekasi tahun 2001-2011. Publikasi PDRB ini,antara lain memuat informasi tentang gambaran umum,struktur perekonomian,pertumbuhan ekonomi,pendapatan regional dan pendapatan per kapita penduduk kota Bekasi. Data tersebut diharapkan bermanfaat bagi para pengambil kebijakan,khususnya Pemerintah Kota Bekasi dan pengguna data lainnya agar perencanaan,pelaksanaan dan evaluasi kebijakan pembangunan menjadi lebih terarah.
Mengingat betapa pentingnya data PDRB ini terus diupayakan penyempurnaan penyajiannya dengan harapan data PDRB ini dapat bermanfaat lebih optimal bagi para pengguna data. Atas bantuan dan kerjasamanya kami ucapkan terima kasih,semoga publikasi ini dapat bermanfaat.

KU APBD
TAHUN ANGGARAN 2012



Daftar Isi
Kata pengantar................................................................................................i
Daftar isi.........................................................................................................ii

I.Pendahuluan.................................................................................................1
1.1 Latar belakang...........................................................................................1
1.2 Maksud dan tujuan....................................................................................1
1.3 Manfaat.....................................................................................................1
1.4 Arti dan pengertian PDRB.........................................................................1

II.PEMBAHASAN
2.1 Perkembangan Indikator Ekonomi Makro Tahun Sebelumnya...................2
2.2 Rencana Target Ekonomi Makro 2012.......................................................3



I.PENDAHULUAN

1
1 1.1 LATAR BELAKANG

Untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi di Kota Bekasi dengan struktur ekonomi yang diharapkan,makapembangunan di suatu wilayah perlu direncanakan dan dievaluasi dengan baik terhadap hasil yang telah dicapai.oleh karena itu,perencanaan dan evaluasi pembangunan di Kota Bekasi agar lebih terarah dan terpadu maka pembangunan di Kota Bekasi harus dilandaskan pada statistik yang baik dan cermat,salah satunya adalah data statistik Produk Domestik Regional Bruto(PDRB).

1 1.2 MAKSUD DAN TUJUAN

Penyusunan data statisti PDRB dimaksud untuk menyajikan data statistik atau indikator berupa:
1.laju pertumbuhan perekonomian suatudaerah, baik secara menyeluruh maupun sektoral
2. tingkat kemakmuran melalui besarnya pendapatan per kapita (dalam hal ini lebih lengkap dengan tersedinya data PDRB daerah lain sebagai pembanding)

1 1.3 MANFAAT
Publikasi PDRB tahun 2001-2011 ini bermanfaat antara lain:
1. sebagai bahan evalusi pelaksanaan pembangunan ekonomi pada periode tahun 2001-2011.
2. sebagai bahan perencanaan bidang/aspek ekonomi baik jangka pendek maupun rencana pembangunan jangka menengah baik bagi pemerintah ,dunia usaha maupun masyarakat luas.

1 1.4 ARTI DAN PENGERTIAN PDRB
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah total nilai produk barang dan jasa yang diproduksi di wilayah (regional) tertentu dalam kurun waktu tertentu (satu tahun). Disebutkan bahwa besaran PDRB dapat dihitung melalui pengukuran arus sirkulasi (circular flow), dan pengukurannya dapat dibedakan menjadi tiga cara:
1.metode total keluaran (total-output method)
2.metode pengeluaran atar keluaran(spending-on-output method)
3.dan metode pendapatan dari produksi (income from-production method).
PDB berbeda dari produk nasional bruto karena memasukkan pendapatan faktor produksi dari luar negeri yang bekerja di negara tersebut. Sehingga PDB hanya menghitung total produksi dari suatu negara tanpa memperhitungkan apakah produksi itu dilakukan dengan memakai faktor produksi dalam negeri atau tidak. Sebaliknya, PNB memperhatikan asal usul faktor produksi yang digunakan.



II. PEMBAHASAN

2.1 PERKEMBANGAN INDIKATOR EKONOMI MAKRO TAHUN SEBELUMNYA

Pembangunan ekonomi Kota Bekasisepanjang2001‐2011 berdasarkan perkembangan indikator ekonomi makro menunjukkan trend meningkat dari tahun ke‐tahun, yangantara lain dapat dilihat dari trend pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto(PDRB).
PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Kota Bekasi tahun 2010 meningkat sebesar11,36%, yaitu dari Rp.31.475.387,86(dalamjutarupiah)padatahun2009 menjadiRp.35.049.860,54(dalamjutarupiah)padatahun2010. Nilai peningkatan tersebut lebih tinggidibandingkan peningkatan tahun 2009 daritahun 2008 yang mencapai 6,6%, yaitudari Rp.29.525.360,31(dalamjutarupiah)tahun2008 menjadiRp.31.475.387,86(dalamjutarupiah)tahun2009. Selanjutnya,PDRB Kota Bekasiterakhir tahun 2010 Atas Dasar Harga Konstan (2000) meningkat sebesar5,40%,yaitu dari Rp.14.622.593,74(dalamjutarupiah)tahun2009 menjadiRp.15.412.543,42(dalamjutarupiah)tahun2010. Nilai peningkatan tersebut lebihtinggidibandingkan dengan peningkatan tahun 2009 dari tahun2008 yang mencapai 4,13%, yaitu dari Rp.14.042.404,20(dalamjutarupiah)tahun2008 menjadiRp.14.622.593,74(dalamjutarupiah)tahun2009.

tabel 2.1
Produk Domestik Regional Bruto
Kota Bekasi Atas dasar Harga Berlaku Tahun2007–2010(JutaRupiah)





gambar 2.2
komposisi nilai kontribusi sektoral terhadap
pembentukan PDRB ADHB kota bekasi tahun 2010





pada gambar 2.2 disajikan trend perkembangan LPE kota bekasi dalam kurun waktu hampir 1 dekade tahun (2001-2009). yang menunjukan kinerja perekonomian kota bekasi relatif fluktuatif. Sejak tahun 2001, trend perkembangan LPE Kota Bekasi menunjukkan kondisi cukup baik dengan pertumbuhan relati moderat. Namun pada tahun 2007 ­­seiring dengan terjadinya krisis ekonomi nasional yang berimbas pada berbagai sektor kegiatan ekonomi ditingkat regional maupun lokal­­­ kinerja perekonomian Kota Bekasi mengalami penurunan tingkat pertumbuhan. Kinerja perekonomian Kota Bekasi pada tahun 2008 menunjukkan penurunan yangcukupsignifikan yaitu hanya mencapai 5,94% atau lebih rendah dibandingkan tahun2007 yangmencapai 6,44%.


gambar 2.3
perkembangan LPE kota bekasi tahun 2001-2011 atas dasar harga berlaku





2.2 RENCANA TARGET EKONOMI MAKRO 2012

sebelumnya serta mempertimbangkan kondisi umum perekonomian nasional dan regional Jawa Barat, perkembangan ekonomi KotaBekasi tahun 2012 dalam konteks makro regional diperkirakan akan terus berkembang dan tumbuh secara dinamis dalam kerangka pembangunan daerah dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
fokus kebijakan perekonomian Kota Bekasi dalam konteks mendorong sekaligus menjamin terjadinya pertumbuhan dinamisadalah:

1. Mempertahankan dan meningkatkanlaju pertumbuhan sektor industri manufakturdengan tingkat pertumbuhan minimal 5,30% melalui paketpemberian intensif kemudahan perijinan.
2. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah menjadi 5,25%.
3. Meningkatkan kualitas belanja pemerintah melalui peningkatan belanja investasi.
4. Meningkatkan investasi menjadi 12,5%.
5. Menggali dan mengoptimalkan potensi ekonomilokal(localeconomicdevelopment).
6. Menumbuhkan ekonomi kerakyatan melalui peningkatan kualitasdan kuantitas UMKM dankoperasi.



daftar pustaka :
http://bekasikota.go.id/files/fck/KU%20APBD.pdf

Selasa, 24 April 2012

ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN DAGING SAPI DI INDONESIA

NAMA KELOMPOK :
• NONIK
• SITI NURFANA SABATIAN
• VICKY ARIESCA MERLIANA

ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN DAGING SAPI DI INDONESIA
( supply and demand analysis of beef meat in indonesia )


Nyak Ilham

pusat penelitian dan pengembangan sosial ekonomi pertanian

SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI PETERNAKAN DAN VETERINER 2001
HALAMAN : 385 - 403


PENDAHULUAN
selama periode 1987-1996 rataan laju peningkatan konsumsi daging sebesar 7,36 % per tahun (ditjen peternakan,1997). kontribusi daging sapi (21,27%), pada periode yang sama konsumsi daging sapi tumbuh sebesar 4,43%, sedankan produksi yang sebagian besar berasal dari peternakan rakyat, populasinya hanya tumbuh 2,33%. tanpa upaya peningkatan produksi, diduga akan terjadi pengurasan populasi.

PERMASALAHN YANG DIKAJI ADALAH :
1. faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran, permintaan dan harga daging sapi domestik.
2. faktor-faktor ynag mempengaruhi volume dan harga sapi impor.
3. respon penawaran, permintaan, dan harga daging sapi terhadap faktor-faktor yang mempengaruhinya.

PENILITIAN INI BERTUJUAN UNTUK :
1. menganalisis faktor yang mempengaruhi pemakaian daging sapi dari peternakan rakyat, industri peternakan rakyat dan impr, permintaan dan harga-harga daging sapi di indonesia.
2. menganalisis respon penawaran, permintaan dan harga daging sapi terhadap perubahan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

TINJAUAN PUSTAKA
• HALLAM, D. 1990. Econometric Modelling of Agricultural Commodity Markets. Antony Rowe Ltd.,

Chippenham, Wiltshire. London and New York

• HENDERSON, J.M. and R.E. QUANDT. 1980. Microeconomic Theory: A Mathematical Approach. McGraw-Hill

International Book Company. London.

• INTRILIGATOR, M.D. 1978. Econometric Model, Techniques, and Applications. Prentice-Hall, Inc. New Jersey

• KOUTSOYIANNIS, A. 1977. Theory of Econometrics 2nd Ed. The Macmillan Press Ltd. United Kingdom.

• LABYS, W.C. 1975. Quantitative Models of Commodity Markets. Ballineger Publishing Company. Cambridge,

Mass. USA.

• LINDERT, P.H. dan C.P. KINDLEBERGER. 1993. Ekonomi Internasional. Alih Bahasa: Ir. Burhanuddin Abdullah,

M.A. Edisis Kedelapan. Penerbit Erlangga. Jakarta

• NASUTION, A. 1983. Sistim Komoditi Protein Hewani. Forum Agro Ekonomi. Vol. 2, No. 2: 29–42. Pusat

• Penelitian Agro Ekonomi. Badan Litbang Pertanian. Bogor

• NOPIRIN. 1996. Ekonomi Internasional. Edisi 3. BPFE. Yogyakarta.

• PURCELL, W.D. 1979. Agricultural Marketing, System, Coordination, Cash and Future Price. Reston, Virginia.

• RUSASTRA, I.W. 1987. Prakiraan Produksi dan Kebutuhan Produk Pangan Ternak di Indonesia. Forum Agro Ekonomi, Vol. 5, No. 1 & 2: 15–21. Pusat Penelitian Agro Ekonomi. Badan Litbang Pertanian. Bogor.

• SUDARYANTO, T., R. SAYUTI, dan T.D. SOEDJANA. 1995. Pendugaan Parameter Permintaan Hasil Ternak di Beberapa Propinsi Sumatera dan Kalimantan. Jurnal Penelitian Peternakan Indonesia. No. 2: 22–35. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Badan Litbang Pertanian. Bogor.


• SYUKUR, M., SUMARYANTO, dan C. MUSLIM. 1993. Pola Pelayanan Kredit untuk Masyarakat Berpendapatan Rendah di Pedesaan Jawa Barat. Forum Agro Ekonomi. Vol. 11 (2): 1–13. Pusat Penelitian SosialEkonomi Pertanian. Badan Litbang Pertanian. Bogor.

• TOMEK, W.G. and K.L. ROBINSON. 1981. Agricultural Products Prices. Third Edition. Cornell University Press. Ithaca and London.

• UNITED NATIONS. 1992–1997. Statistical Indicators for Asia and The Pacific Economic and Social Commissionfor Asia and The Pacific. New York.

• WOHLGENANT, M.K. and W.F. HAHN. 1982. Dynamic Adjustment in Monthly Consumer Demand for Meats American Journal of Agricultural Economics.
• ZELLNER, A. and H. THEIL. 1962. Three-Stage Least Squares: Simultaneous Estimation of Simultaneous Equations. Aconometrica. Vol. 30 (1): 54–78.

HIPOTESIS :

• Fungsi penawaran daging sapi
Fungsi penawaran dapat diturunkan dengan memaksimumkan fungsi keuntungan (HENDERSON AND QUANDT, 1980).


1. fungsi produksi daging sapi diformulasikan : Q = f (S, P, L, T, D, O
2. fungsi biaya produksi dirumuskan: C = PS * S + PP * P + W * L + PO * O + CO
3. fungsi keuntungan: π = PQ * f(S, P, L, T, D, O)-(PS * S + PP * P + W * L + PO * O +CO)
4. fungsi penawaran daging sapi diformulasikan: QS = f(PQ, PS, PP, W, T, M, B, QS-1)


Ket: Q = jumlah daging sapi S = jumlah sapi bakalan
P = jumlah pakan sapi L = jumlah tenaga kerja
T = teknologi D = lama pemeliharaan
O = faktor produksi lain C = biaya total
CO = biaya tetap π = keuntungan
PQ = harga daging sapi B = tingkat suku bunga bank
T = teknologi (Inseminasi Buatan) M = musim
QS-1 = lag penawaran daging sapi



• Fungsi permintaan daging sapi

Fungsi permintaan dapat diturunkan dari fungsi utilitas konsumen yang dimaksimumkan
dengan kendala tingkat pendapatan (HENDERSON and QUANDT, 1980)
1. fungsi utilitas konsumen daging sapi diformulasikan: U = u (Q, R)
2. fungsi kendala pada tingkat pendapatan tertentu (Yo) bagi konsumen Yo = PQ * Q + PR * R
3. fungsi lagrange : V = u (Q, R) + λ (Yo–PQ* Q-PR * R)
4.fungsi permintaan daging sapi diformulasikan: Qd = f (PQ, PR, Yo, JPt, Qd-1)

ket : U = total utilitas mengkonsumsi daging sapi
R = konsumsi komoditas lain
JPt = Jumlah penduduk
Qd-1 = Permintaan daging sapi tahun sebelumnya


• Ekspor Impor

Perbedaan harga merupakan salah satu penyebab terjadinya perdagangan antar negara (lokasi),dimana suatu produk cenderung bergerak dari daerah surplus ke daerah defisit, sampai perbedaan,harga mendekati biaya transfer (PURCELL, 1979; TOMEK and ROBINSON, 1990). Perbedaan harga tersebut dapat disebabkan oleh perbedaan penawaran dan permintaan pada sentra produsen dan sentra konsumen, dapat juga disebabkan oleh perubahan nilai tukar mata uang negara eksportir dan importir (LABYS, 1975). persamaan impor daging sapi Indonesia diformulasikan sebagai berikut:
M = f(PBI, TRI, GNP, NTR, M-1)
dimana:
M = volume impor daging sapi PBI = harga daging sapi impor
TRI = tarif impor daging sapi GNP= pendapatan nasional bruto
NTR= nilai tukar rupiah terhadap dollar AS M-1 = lag impor

• Harga Daging Sapi

Harga daging sapi di pasar ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran (HENDERSON and QUANDT, 1980). Model pasar yang demikian didasarkan pada teori keseimbangan pasar (theory of market equilibrium) (KOUTSOYIANNIS, 1977). studi ini digunakan model disequilibrium, dimana persamaan harga diformulasikan sebagai berikut: PQ = f ( PQL, Qd, St, PQ-1) Dimana PQL merupakan harga produk pada level pasar yang berbeda dan St adalah stok daging sapi pada tahun t.

• Elastisitas

Untuk mendapatkan ukuran kuantitatif respon suatu fungsi terhadap faktor-faktor yang mempengaruhinya, digunakan konsep elastisitas. rumus sebagai berikut: E-SR = δYt / δXt * Xt/Yt dan E-LR= E-SR /1-b .
Ket: B = parameter dugaan peubah lag endogen Xt = rata-rata peubah eksogen
Yt = rata-rata peubah endogen
• Spesifikasi model ekonomi daging sapi

Model yang digunakan dalam studi ini adalah model ekonometrika. Model ekonometrika adalah suatu model statistika yang menghubungkan peubah-peubah ekonomi dari suatu fenomena ekonomi yang mencakup unsur stokastik (INTRILIGATOR, 1978). Model dirumuskan dalam bentuk
persamaan linier additive, yang berjumlah 14 persamaan, terdiri dari tujuh persamaan struktural dan tujuh persamaan identitas dengan jumlah peubah curent endogenous. Persamaan terdiri dan
empat blok, yaitu penawaran, permintaan, harga, dan ekspor-impor dunia.
Variabel yang digunakan:
- Penawaran daging sapi
- Permintaan daging sapi
- Ekspor impor
- Harga daging sapi
- elastisitas

SAMPLING :

• Hasil pendugaan parameter dan uji statistik model penawaran dan permintaan daging sapi di Indonesia, periode 1990-1997
• Nilai elastisitas peubah-peubah yang berpengaruh nyata terhadap penawaran dan permintaan daging sapi di Indonesia
• Sumber data penelitian analisis penawaran dan permintaan daging sapi di Indonesia Peubah Notasi Satuan Sumber


KESIMPULAN :

• Penawaran peternakan rakyat dipengaruhi oleh selisih harga daging sapi dengan harga sapi domestik dan penawaran industri peternakan rakyat. Penawaran peternakan rakyat responsif terhadap perubahan selisih harga daging sapi dengan harga sapi domestik. Keberadaan industri peternakan berpengaruh negatif terhadap penawaran usaha peternakan rakyat. Jika tidak ada pengendalian oleh pemerintah desakan penawaran daging sapi industri peternakan ini akan semakin nyata. Kegiatan IB yang diharapkan dapat meningkatkan produksi daging, belum memberikan pengaruh yang nyata dalam usaha peternakan rakyat.
• Usaha peternakan sapi potong rakyat masih belum bankable. Padahal usaha penggemukan sapi potong dengan periode penggemukan 3–6 bulan cukup berkembang dan menjanjikan keuntungan yang cukup baik. Masalahnya sebagian peternak terbatas modalnya, sehingga mereka hanya memelihara dalam jumlah terbatas. Pada daerah-daerah tertentu dimana potensi pakannya memadai,skala pemilikan masih potensial untuk ditingkatkan.
• Permintaan daging sapi dipengaruhi oleh harga daging sapi dan harga ikan, serta responsif terhadap perubahan harga daging, artinya daging sapi masih merupakan barang mewah bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Keputusan mengkonsumsi daging sapi tidak hanya ditentukan oleh pendapatan, tetapi ditentukan juga oleh tingkat pendidikan dan aksesibilitas masyarakat terhadap fasilitas sosial ekonomi.
• Harga daging sapi domestik dipengaruhi oleh harga daging impor, harga sapi domestik, dan penawaran daging sapi domestik. Namun harga daging sapi domestik tidak responsif terhadap perubahan seluruh peubah yang mempengaruhinya. Ini menunjukkan pasar daging sapi di Indonesia pada periode ini banyak dikendalikan oleh pemerintah, terutama pada sisi penawaran.


KETERBATASAN :

Untuk mendukung program pembangunan sapi potong di Indonesia, diperlukan upaya pengadaan sapi bakalan lokal berkualitas dari pihak pengusaha industri peternakan rakyat. Namun usaha ini diperkirakan belum memberikan keuntungan yang layak, sehingga belum ada diantara mereka yang bergerak pada usaha ini. Salah satu upaya pengadaan sapi bakalan lokal ini melalui pengadaan paket program sapi potong kombinasi antara program penggemukkan dengan pembibitan, yang sedang dikembangkan pada beberapa daerah.

IMPLIKASI :

Hasil pendugaan model Secara menyeluruh persamaan yang ada mampu menjelaskan sistem persamaan simultan dengan nilai R2 terbobot sebesar 0,89. Untuk masing-masing persamaan, nilai statistik F cukup tinggi, yaitu antara 6,42–77,26. Demikian juga nilai koefisien determinasi (R2), yaitu antara 0,65– 0,95. Menurut kriteria ekonomi, semua tanda parameter sesuai dengan yang diharapkan. Berdasarkan nilai DW dan Dh, dari tiap persamaan tidak ada masalah serial korelasi yang berarti.
Penawaran industri peternakan rakyat (feedlotter) memberikan pengaruh negatif dan nyata secara statistik terhadap penawaran peternakan rakyat. Namun demikian penawaran peternakan rakyat tidak responsif terhadap perubahan penawaran industri peternakan rakyat. Hal ini antara lain disebabkan oleh pangsa produksi daging sapi dari industri peternakan rakyat masih relatif kecil dan dikonsumsi oleh konsumen tertentu pada daerah tertentu pula, terutama konsumen menengah ke atas di daerah perkotaan, khususnya Jawa Barat dan DKI Jakarta.

SISTEM EKONOMI INDONESIA

1.       Sistem

Sistem adalah suatu organisasi besar yang menjalin berbagai subyek dan obyek serta perangkat kelembagaan dalam suatu tatanan tertentu.

Subyek dan obyek:

·   Sistem kemayaraatan: orang atau masyarakat
·   Sistem kehidupan/lingkungan: makluk hidup dan benda alam
·   Sistem peralatan: barang/alat
·   Sistem informasi: data, catatan, dan fakta

Perangkat kelembagaan: lembaga/wadah subyek melakukan hubungan, cara dan mekanisme yang menjalin hubungan
Tatanan/kaidah: norma/peraturan yang mengatur hubungan subyek/obyek agar berjalan serasi.

2.       Sistem ekonomi dan politik
Dumairy (1996), sistem ekonomi adalah sistem yang mengatur serta menjalin hubungan ekonomi antar manusia dengan seperangkat kelembagaan dalam suatu tatanan kehidupan.

Sistem ekonomi:

·   Subyek/obyek: manusia (subyke) dan barang ekonomi (obyek)
·   Perangkat kelembagaan: lembaga ekonomi formal dan non formal dan cara serta mekanisme hubungan
·   Tatanan: hukum dan peraturan perekonomian

Sheridan (1998), economic system refers to the way people perform economic activities in their search for personal happiness.

Sanusi (2000) sistem ekonomi merupakan suatu organisasi yang terdiri dari sejumlah lembaga/pranata (ekonomi, sosial dan ide) yang saling mempengaruhi yang ditujukan ke arah pemecahan masalah pokok setiap perekonomian... produksi, distribusi, konsumsi.

Sanusi (2000), perbedaan antar sistem ekonomi dilihat dari ciri:

a)    Kebebasan konsumen dalam memilih barang dan jasa yang dibutuhkan
b)    Kebebasan masyarakat memilih lapangan kerja
c)    Pengaturan pemilihan/pemakaian alat produksi
d)    Pemilihan usaha yang dimanifestasikan dalam tanggungjawab manajer
e)    Pengaturan atas keuntungan usaha yang diperoleh
f)      Pengaturan motivasi usaha
g)    Pembentukan harga barang konsumsi dan produksi
h)    Penentuan pertumbuhan ekonomi
i)      Pengendalian stabilitas ekonomi
j)      Pengambilan keputusan
k)    Pelaksanaan pemerataan kesejahteraan

1.       Kapitalisme dan Sosialisme

Sistem Ekonomi yang esktrim:

(a) Sistem ekonomi kapitalis

·         Pengakuan terhadap kepemilikan individu terhadap sumber ekonomi
·         Kompetisi antar individu dalam memenihi kebutuhan hidup dan persaingan antar badan usaha untuk mengejar keuntungan
·         Tidak batasan bagi individu dalam menerima imbalan atas prestasi kerjanya
·         Campur tangan pemerintah sangat minim
·         Mekanisme pasar akan menyelesaikan persoalan ekonomi
·         USA

 (b) Sistem ekonomi sosialis

·         Kepemilikan oleh negara terhadap sumber ekonomi
·         Penekanan terhadap kebersamaan dalam menjalankan dan memajukan perekonomian
·         Imbalan yang diterima oleh individu berdasarkan kebutuhan, bukan prestasi kerja
·         Campur tangan pemerintah sangat tinggi
·         Persoalan ekonomi harus dikendalikan oleh pemerintah pusat
·         USSR

(c) Sistem ekonomi campuran

·         Kepemilikan oleh individu terhadap sumber ekonomi diakui negara
·         Kompetisi antar individu dalam memenihi kebutuhan hidup dan persaingan antar badan usaha untuk mengejar keuntungan
·         Imbalan yang diterima oleh individu berdasarkan kebutuhan, bukan prestasi kerja
·         Campur tangan pemerintah hanya untuk bidang tertentu seperti bidang yang diperlukan oleh seluruh masyarakat (listrik dan air)
·         Mekanisme pasar akan menyelesaikan persoalan ekonomi dengan beberapa hal perlu adanya campur tangan pemerintah

2.       Persaingan terkendali

Untuk mengetahui sistem ekonomi yang dianut oleh suatu negara, maka perlu dianalisis kandungan faktor-faktor tersebut diatas.

Sistem ekonomi Indonesia (sistem persaingan terkendali);

·         Bukan kapitalis dan bukan sosialis. Indoensia mengakui kepemilikan individu terhadap sumber ekonomi, kecuali sumber ekonomi yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara sesuai dengan UUD 45.
·         Pengakuan terhadap kompetisi antar individu dalam meningkatkan taraf hidup dan antar badan usaha untuk mencari keuntungan, tapi pemerintah juga mengatur bidang pendidikan, ketenagakerjaan, persaingan, dan membuka prioritas usaha.
·         Pengakuan terhadap penerimaan imbalan oleh individu  atas prestasi kerja dan badan usaha dalam mencari keuntungan. Pemerintah mengatur upah kerja minimum dan hukum perburuhan.
·         Pengelolaan ekonomi tidak sepenuhnya percaya kepada pasar. Pemerintah juga bermain dalam perekonomian melalui BUMN dan BUMD serta departemen teknis untuk membantu meningkatkan kemampuan wirausahawan (UKM) dan membantu permodalan.


3.       Kadar Kapitalisme dan Sosialisme

Unsur kapitalisme dan sosialisme yang ada dalam sistem ekonomi Indonesia dapat dilihat dari sudut berikut ini:

(a) Pendekatan faktual struktural yakni menelaah peranan pemerintah dalam perekonomian

Pendekatan untuk mengukur kadar campur tangan pemerintah menggunakan kesamaan Agregat Keynesian.

Y = C + I + G + (X-M)
Y adalah pendatan nasional.

Berdasarkan humus tersebut dapat dilihat peranan pemerintah melalui variable G (pengeluaran pemerintah) dan I (investasi yang dilakukan oleh pemerintah) serta (X-M) yang dilakukan oleh pemerintah.

Pengukuran kadar pemerintah juga dapat dilihat dari peranan pemerintah secara sektoral terutama dalam pengaturan bisnis dan penentuan harga. Pemerintah hampir mengatur bisnis dan harga untuk setiap sector usaha.

(b) Pendekatan sejarah yakni menelusuri pengorganisasian perekonomian Indoensia dari waktu ke waktu.

Berdasarkan sejarah, Indonesia dalam pengeloaan ekonomi tidak pernah terlalu berat kepada kapitalisme atau sosialisme.

Percobaan  untuk mengikuti sistem kapitalis yang dilakukan oleh berbagai kabinet menghasilkan keterpurukan ekonomi hinggá akhir tahun 1959.

Percobaan  untuk mengikuti sistem sosialis yang dilakukan oleh Presiden I menghasilkan keterpurukan ekonomi hiinggá akhir tahun 1965.