NAMA KELOMPOK :
• NONIK
• SITI NURFANA SABATIAN
• VICKY ARIESCA MERLIANA
ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN DAGING SAPI DI INDONESIA
( supply and demand analysis of beef meat in indonesia )
Nyak Ilham
pusat penelitian dan pengembangan sosial ekonomi pertanian
SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI PETERNAKAN DAN VETERINER 2001
HALAMAN : 385 - 403
PENDAHULUAN
selama periode 1987-1996 rataan laju peningkatan konsumsi daging sebesar 7,36 % per tahun (ditjen peternakan,1997). kontribusi daging sapi (21,27%), pada periode yang sama konsumsi daging sapi tumbuh sebesar 4,43%, sedankan produksi yang sebagian besar berasal dari peternakan rakyat, populasinya hanya tumbuh 2,33%. tanpa upaya peningkatan produksi, diduga akan terjadi pengurasan populasi.
PERMASALAHN YANG DIKAJI ADALAH :
1. faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran, permintaan dan harga daging sapi domestik.
2. faktor-faktor ynag mempengaruhi volume dan harga sapi impor.
3. respon penawaran, permintaan, dan harga daging sapi terhadap faktor-faktor yang mempengaruhinya.
PENILITIAN INI BERTUJUAN UNTUK :
1. menganalisis faktor yang mempengaruhi pemakaian daging sapi dari peternakan rakyat, industri peternakan rakyat dan impr, permintaan dan harga-harga daging sapi di indonesia.
2. menganalisis respon penawaran, permintaan dan harga daging sapi terhadap perubahan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
TINJAUAN PUSTAKA
• HALLAM, D. 1990. Econometric Modelling of Agricultural Commodity Markets. Antony Rowe Ltd.,
Chippenham, Wiltshire. London and New York
• HENDERSON, J.M. and R.E. QUANDT. 1980. Microeconomic Theory: A Mathematical Approach. McGraw-Hill
International Book Company. London.
• INTRILIGATOR, M.D. 1978. Econometric Model, Techniques, and Applications. Prentice-Hall, Inc. New Jersey
• KOUTSOYIANNIS, A. 1977. Theory of Econometrics 2nd Ed. The Macmillan Press Ltd. United Kingdom.
• LABYS, W.C. 1975. Quantitative Models of Commodity Markets. Ballineger Publishing Company. Cambridge,
Mass. USA.
• LINDERT, P.H. dan C.P. KINDLEBERGER. 1993. Ekonomi Internasional. Alih Bahasa: Ir. Burhanuddin Abdullah,
M.A. Edisis Kedelapan. Penerbit Erlangga. Jakarta
• NASUTION, A. 1983. Sistim Komoditi Protein Hewani. Forum Agro Ekonomi. Vol. 2, No. 2: 29–42. Pusat
• Penelitian Agro Ekonomi. Badan Litbang Pertanian. Bogor
• NOPIRIN. 1996. Ekonomi Internasional. Edisi 3. BPFE. Yogyakarta.
• PURCELL, W.D. 1979. Agricultural Marketing, System, Coordination, Cash and Future Price. Reston, Virginia.
• RUSASTRA, I.W. 1987. Prakiraan Produksi dan Kebutuhan Produk Pangan Ternak di Indonesia. Forum Agro Ekonomi, Vol. 5, No. 1 & 2: 15–21. Pusat Penelitian Agro Ekonomi. Badan Litbang Pertanian. Bogor.
• SUDARYANTO, T., R. SAYUTI, dan T.D. SOEDJANA. 1995. Pendugaan Parameter Permintaan Hasil Ternak di Beberapa Propinsi Sumatera dan Kalimantan. Jurnal Penelitian Peternakan Indonesia. No. 2: 22–35. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Badan Litbang Pertanian. Bogor.
• SYUKUR, M., SUMARYANTO, dan C. MUSLIM. 1993. Pola Pelayanan Kredit untuk Masyarakat Berpendapatan Rendah di Pedesaan Jawa Barat. Forum Agro Ekonomi. Vol. 11 (2): 1–13. Pusat Penelitian SosialEkonomi Pertanian. Badan Litbang Pertanian. Bogor.
• TOMEK, W.G. and K.L. ROBINSON. 1981. Agricultural Products Prices. Third Edition. Cornell University Press. Ithaca and London.
• UNITED NATIONS. 1992–1997. Statistical Indicators for Asia and The Pacific Economic and Social Commissionfor Asia and The Pacific. New York.
• WOHLGENANT, M.K. and W.F. HAHN. 1982. Dynamic Adjustment in Monthly Consumer Demand for Meats American Journal of Agricultural Economics.
• ZELLNER, A. and H. THEIL. 1962. Three-Stage Least Squares: Simultaneous Estimation of Simultaneous Equations. Aconometrica. Vol. 30 (1): 54–78.
HIPOTESIS :
• Fungsi penawaran daging sapi
Fungsi penawaran dapat diturunkan dengan memaksimumkan fungsi keuntungan (HENDERSON AND QUANDT, 1980).
1. fungsi produksi daging sapi diformulasikan : Q = f (S, P, L, T, D, O
2. fungsi biaya produksi dirumuskan: C = PS * S + PP * P + W * L + PO * O + CO
3. fungsi keuntungan: π = PQ * f(S, P, L, T, D, O)-(PS * S + PP * P + W * L + PO * O +CO)
4. fungsi penawaran daging sapi diformulasikan: QS = f(PQ, PS, PP, W, T, M, B, QS-1)
Ket: Q = jumlah daging sapi S = jumlah sapi bakalan
P = jumlah pakan sapi L = jumlah tenaga kerja
T = teknologi D = lama pemeliharaan
O = faktor produksi lain C = biaya total
CO = biaya tetap π = keuntungan
PQ = harga daging sapi B = tingkat suku bunga bank
T = teknologi (Inseminasi Buatan) M = musim
QS-1 = lag penawaran daging sapi
• Fungsi permintaan daging sapi
Fungsi permintaan dapat diturunkan dari fungsi utilitas konsumen yang dimaksimumkan
dengan kendala tingkat pendapatan (HENDERSON and QUANDT, 1980)
1. fungsi utilitas konsumen daging sapi diformulasikan: U = u (Q, R)
2. fungsi kendala pada tingkat pendapatan tertentu (Yo) bagi konsumen Yo = PQ * Q + PR * R
3. fungsi lagrange : V = u (Q, R) + λ (Yo–PQ* Q-PR * R)
4.fungsi permintaan daging sapi diformulasikan: Qd = f (PQ, PR, Yo, JPt, Qd-1)
ket : U = total utilitas mengkonsumsi daging sapi
R = konsumsi komoditas lain
JPt = Jumlah penduduk
Qd-1 = Permintaan daging sapi tahun sebelumnya
• Ekspor Impor
Perbedaan harga merupakan salah satu penyebab terjadinya perdagangan antar negara (lokasi),dimana suatu produk cenderung bergerak dari daerah surplus ke daerah defisit, sampai perbedaan,harga mendekati biaya transfer (PURCELL, 1979; TOMEK and ROBINSON, 1990). Perbedaan harga tersebut dapat disebabkan oleh perbedaan penawaran dan permintaan pada sentra produsen dan sentra konsumen, dapat juga disebabkan oleh perubahan nilai tukar mata uang negara eksportir dan importir (LABYS, 1975). persamaan impor daging sapi Indonesia diformulasikan sebagai berikut:
M = f(PBI, TRI, GNP, NTR, M-1)
dimana:
M = volume impor daging sapi PBI = harga daging sapi impor
TRI = tarif impor daging sapi GNP= pendapatan nasional bruto
NTR= nilai tukar rupiah terhadap dollar AS M-1 = lag impor
• Harga Daging Sapi
Harga daging sapi di pasar ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran (HENDERSON and QUANDT, 1980). Model pasar yang demikian didasarkan pada teori keseimbangan pasar (theory of market equilibrium) (KOUTSOYIANNIS, 1977). studi ini digunakan model disequilibrium, dimana persamaan harga diformulasikan sebagai berikut: PQ = f ( PQL, Qd, St, PQ-1) Dimana PQL merupakan harga produk pada level pasar yang berbeda dan St adalah stok daging sapi pada tahun t.
• Elastisitas
Untuk mendapatkan ukuran kuantitatif respon suatu fungsi terhadap faktor-faktor yang mempengaruhinya, digunakan konsep elastisitas. rumus sebagai berikut: E-SR = δYt / δXt * Xt/Yt dan E-LR= E-SR /1-b .
Ket: B = parameter dugaan peubah lag endogen Xt = rata-rata peubah eksogen
Yt = rata-rata peubah endogen
• Spesifikasi model ekonomi daging sapi
Model yang digunakan dalam studi ini adalah model ekonometrika. Model ekonometrika adalah suatu model statistika yang menghubungkan peubah-peubah ekonomi dari suatu fenomena ekonomi yang mencakup unsur stokastik (INTRILIGATOR, 1978). Model dirumuskan dalam bentuk
persamaan linier additive, yang berjumlah 14 persamaan, terdiri dari tujuh persamaan struktural dan tujuh persamaan identitas dengan jumlah peubah curent endogenous. Persamaan terdiri dan
empat blok, yaitu penawaran, permintaan, harga, dan ekspor-impor dunia.
Variabel yang digunakan:
- Penawaran daging sapi
- Permintaan daging sapi
- Ekspor impor
- Harga daging sapi
- elastisitas
SAMPLING :
• Hasil pendugaan parameter dan uji statistik model penawaran dan permintaan daging sapi di Indonesia, periode 1990-1997
• Nilai elastisitas peubah-peubah yang berpengaruh nyata terhadap penawaran dan permintaan daging sapi di Indonesia
• Sumber data penelitian analisis penawaran dan permintaan daging sapi di Indonesia Peubah Notasi Satuan Sumber
•
KESIMPULAN :
• Penawaran peternakan rakyat dipengaruhi oleh selisih harga daging sapi dengan harga sapi domestik dan penawaran industri peternakan rakyat. Penawaran peternakan rakyat responsif terhadap perubahan selisih harga daging sapi dengan harga sapi domestik. Keberadaan industri peternakan berpengaruh negatif terhadap penawaran usaha peternakan rakyat. Jika tidak ada pengendalian oleh pemerintah desakan penawaran daging sapi industri peternakan ini akan semakin nyata. Kegiatan IB yang diharapkan dapat meningkatkan produksi daging, belum memberikan pengaruh yang nyata dalam usaha peternakan rakyat.
• Usaha peternakan sapi potong rakyat masih belum bankable. Padahal usaha penggemukan sapi potong dengan periode penggemukan 3–6 bulan cukup berkembang dan menjanjikan keuntungan yang cukup baik. Masalahnya sebagian peternak terbatas modalnya, sehingga mereka hanya memelihara dalam jumlah terbatas. Pada daerah-daerah tertentu dimana potensi pakannya memadai,skala pemilikan masih potensial untuk ditingkatkan.
• Permintaan daging sapi dipengaruhi oleh harga daging sapi dan harga ikan, serta responsif terhadap perubahan harga daging, artinya daging sapi masih merupakan barang mewah bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Keputusan mengkonsumsi daging sapi tidak hanya ditentukan oleh pendapatan, tetapi ditentukan juga oleh tingkat pendidikan dan aksesibilitas masyarakat terhadap fasilitas sosial ekonomi.
• Harga daging sapi domestik dipengaruhi oleh harga daging impor, harga sapi domestik, dan penawaran daging sapi domestik. Namun harga daging sapi domestik tidak responsif terhadap perubahan seluruh peubah yang mempengaruhinya. Ini menunjukkan pasar daging sapi di Indonesia pada periode ini banyak dikendalikan oleh pemerintah, terutama pada sisi penawaran.
KETERBATASAN :
Untuk mendukung program pembangunan sapi potong di Indonesia, diperlukan upaya pengadaan sapi bakalan lokal berkualitas dari pihak pengusaha industri peternakan rakyat. Namun usaha ini diperkirakan belum memberikan keuntungan yang layak, sehingga belum ada diantara mereka yang bergerak pada usaha ini. Salah satu upaya pengadaan sapi bakalan lokal ini melalui pengadaan paket program sapi potong kombinasi antara program penggemukkan dengan pembibitan, yang sedang dikembangkan pada beberapa daerah.
IMPLIKASI :
Hasil pendugaan model Secara menyeluruh persamaan yang ada mampu menjelaskan sistem persamaan simultan dengan nilai R2 terbobot sebesar 0,89. Untuk masing-masing persamaan, nilai statistik F cukup tinggi, yaitu antara 6,42–77,26. Demikian juga nilai koefisien determinasi (R2), yaitu antara 0,65– 0,95. Menurut kriteria ekonomi, semua tanda parameter sesuai dengan yang diharapkan. Berdasarkan nilai DW dan Dh, dari tiap persamaan tidak ada masalah serial korelasi yang berarti.
Penawaran industri peternakan rakyat (feedlotter) memberikan pengaruh negatif dan nyata secara statistik terhadap penawaran peternakan rakyat. Namun demikian penawaran peternakan rakyat tidak responsif terhadap perubahan penawaran industri peternakan rakyat. Hal ini antara lain disebabkan oleh pangsa produksi daging sapi dari industri peternakan rakyat masih relatif kecil dan dikonsumsi oleh konsumen tertentu pada daerah tertentu pula, terutama konsumen menengah ke atas di daerah perkotaan, khususnya Jawa Barat dan DKI Jakarta.
Selasa, 24 April 2012
SISTEM EKONOMI INDONESIA
1.
Sistem
Sistem adalah suatu organisasi besar
yang menjalin berbagai subyek dan obyek serta perangkat kelembagaan dalam suatu
tatanan tertentu.
Subyek dan obyek:
·
Sistem
kemayaraatan: orang atau masyarakat
·
Sistem
kehidupan/lingkungan: makluk hidup dan benda alam
·
Sistem peralatan:
barang/alat
·
Sistem informasi:
data, catatan, dan fakta
Perangkat
kelembagaan: lembaga/wadah subyek melakukan hubungan, cara dan mekanisme yang
menjalin hubungan
Tatanan/kaidah:
norma/peraturan yang mengatur hubungan subyek/obyek agar berjalan serasi.
2.
Sistem ekonomi
dan politik
Dumairy (1996), sistem ekonomi adalah
sistem yang mengatur serta menjalin hubungan ekonomi antar manusia dengan
seperangkat kelembagaan dalam suatu tatanan kehidupan.
Sistem
ekonomi:
·
Subyek/obyek: manusia
(subyke) dan barang ekonomi (obyek)
·
Perangkat
kelembagaan: lembaga ekonomi formal dan non formal dan cara serta mekanisme
hubungan
·
Tatanan: hukum
dan peraturan perekonomian
Sheridan
(1998), economic system refers to the way people perform economic activities in
their search for personal happiness.
Sanusi
(2000) sistem ekonomi merupakan suatu organisasi yang terdiri dari sejumlah
lembaga/pranata (ekonomi, sosial dan ide) yang saling mempengaruhi yang
ditujukan ke arah pemecahan masalah pokok setiap perekonomian... produksi,
distribusi, konsumsi.
Sanusi
(2000), perbedaan antar sistem ekonomi dilihat dari ciri:
a)
Kebebasan
konsumen dalam memilih barang dan jasa yang dibutuhkan
b)
Kebebasan
masyarakat memilih lapangan kerja
c)
Pengaturan pemilihan/pemakaian
alat produksi
d)
Pemilihan usaha
yang dimanifestasikan dalam tanggungjawab manajer
e)
Pengaturan atas
keuntungan usaha yang diperoleh
f)
Pengaturan
motivasi usaha
g)
Pembentukan harga
barang konsumsi dan produksi
h)
Penentuan
pertumbuhan ekonomi
i)
Pengendalian
stabilitas ekonomi
j)
Pengambilan
keputusan
k)
Pelaksanaan
pemerataan kesejahteraan
1.
Kapitalisme
dan Sosialisme
Sistem
Ekonomi yang esktrim:
(a) Sistem
ekonomi kapitalis
·
Pengakuan
terhadap kepemilikan individu terhadap sumber ekonomi
·
Kompetisi antar
individu dalam memenihi kebutuhan hidup dan persaingan antar badan usaha untuk
mengejar keuntungan
·
Tidak batasan
bagi individu dalam menerima imbalan atas prestasi kerjanya
·
Campur tangan
pemerintah sangat minim
·
Mekanisme pasar
akan menyelesaikan persoalan ekonomi
·
USA
(b) Sistem ekonomi sosialis
·
Kepemilikan oleh
negara terhadap sumber ekonomi
·
Penekanan
terhadap kebersamaan dalam menjalankan dan memajukan perekonomian
·
Imbalan yang
diterima oleh individu berdasarkan kebutuhan, bukan prestasi kerja
·
Campur tangan
pemerintah sangat tinggi
·
Persoalan ekonomi
harus dikendalikan oleh pemerintah pusat
·
USSR
(c) Sistem
ekonomi campuran
·
Kepemilikan oleh
individu terhadap sumber ekonomi diakui negara
·
Kompetisi antar
individu dalam memenihi kebutuhan hidup dan persaingan antar badan usaha untuk
mengejar keuntungan
·
Imbalan yang
diterima oleh individu berdasarkan kebutuhan, bukan prestasi kerja
·
Campur tangan
pemerintah hanya untuk bidang tertentu seperti bidang yang diperlukan oleh
seluruh masyarakat (listrik dan air)
·
Mekanisme pasar
akan menyelesaikan persoalan ekonomi dengan beberapa hal perlu adanya campur
tangan pemerintah
2.
Persaingan
terkendali
Untuk mengetahui sistem ekonomi yang
dianut oleh suatu negara, maka perlu dianalisis kandungan faktor-faktor
tersebut diatas.
Sistem
ekonomi Indonesia (sistem persaingan terkendali);
·
Bukan
kapitalis dan bukan sosialis. Indoensia mengakui kepemilikan individu terhadap
sumber ekonomi, kecuali sumber ekonomi yang menguasai hajat hidup orang banyak
dikuasai oleh negara sesuai dengan UUD 45.
·
Pengakuan
terhadap kompetisi antar individu dalam meningkatkan taraf hidup dan antar
badan usaha untuk mencari keuntungan, tapi pemerintah juga mengatur bidang
pendidikan, ketenagakerjaan, persaingan, dan membuka prioritas usaha.
·
Pengakuan
terhadap penerimaan imbalan oleh individu
atas prestasi kerja dan badan usaha dalam mencari keuntungan. Pemerintah
mengatur upah kerja minimum dan hukum perburuhan.
·
Pengelolaan
ekonomi tidak sepenuhnya percaya kepada pasar. Pemerintah juga bermain dalam
perekonomian melalui BUMN dan BUMD serta departemen teknis untuk membantu
meningkatkan kemampuan wirausahawan (UKM) dan membantu permodalan.
3.
Kadar
Kapitalisme dan Sosialisme
Unsur
kapitalisme dan sosialisme yang ada dalam sistem ekonomi Indonesia dapat
dilihat dari sudut berikut ini:
(a)
Pendekatan faktual struktural yakni menelaah peranan pemerintah dalam
perekonomian
Pendekatan
untuk mengukur kadar campur tangan pemerintah menggunakan kesamaan Agregat
Keynesian.
Y = C + I
+ G + (X-M)
Y adalah
pendatan nasional.
Berdasarkan
humus tersebut dapat dilihat peranan pemerintah melalui variable G (pengeluaran
pemerintah) dan I (investasi yang dilakukan oleh pemerintah) serta (X-M) yang
dilakukan oleh pemerintah.
Pengukuran
kadar pemerintah juga dapat dilihat dari peranan pemerintah secara sektoral
terutama dalam pengaturan bisnis dan penentuan harga. Pemerintah hampir
mengatur bisnis dan harga untuk setiap sector usaha.
(b)
Pendekatan sejarah yakni menelusuri pengorganisasian perekonomian Indoensia
dari waktu ke waktu.
Berdasarkan
sejarah, Indonesia dalam pengeloaan ekonomi tidak pernah terlalu berat kepada
kapitalisme atau sosialisme.
Percobaan untuk mengikuti sistem kapitalis yang
dilakukan oleh berbagai kabinet menghasilkan keterpurukan ekonomi hinggá akhir
tahun 1959.
Percobaan untuk mengikuti sistem sosialis yang
dilakukan oleh Presiden I menghasilkan keterpurukan ekonomi hiinggá akhir tahun
1965.
Langganan:
Postingan (Atom)