Minggu, 31 Maret 2013

BERWISATA KE MUSEUM KERETA API AMBARAWA

Museum Kereta Api Ambarawa adalah sebuah statsiun kereta api yang sekarang dialih fungsikan menjadi sebuah museum di Ambarawa, Jawa Tengah yang memiliki kelengkapan kereta api yang pernah berjaya pada zamannya. Salah satu kereta api uap dengan lokomotif nomor B 2502 dan B 2503 buatan Maschinenfabriek Esslingen sampai sekarang masih dapat menjalankan aktivitas sebagai kereta api wisata. Kereta api uap bergerigi ini sangat unik dan merupakan salah satu dari tiga yang masih tersisa di dunia. Dua di antaranya ada di Swiss dan India. Selain koleksi-koleksi unik tadi, masih dapat disaksikan berbagai macam jenis lokomotif uap dari seri B, C, D hingga jenis CC yang paling besar (CC 5029, Schweizerische Lokomotif und Maschinenfabrik) di halaman museum.

BANGUNAN DAN LOKASI
Ambarawa awalnya merupakan sebuah kota militer pada masa Pemerintahan Kolonial Belanda. Raja Willem I memerintahkan untuk membangun stasiun kereta api baru yang memungkinkan pemerintah untuk mengangkut tentaranya ke Semarang. Pada 21 Mei 1873, stasiun kereta api Ambarawa dibangun di atas tanah 127.500 m². Pada awalnya dikenal sebagai Stasiun Willem I.
Willem I Stasiun Kereta Api awalnya titik pengangkutan antara 8 ½ 4ft di (1435 mm) cabang rel dari Kedungjati di timur laut dan 3ft 6in (1067 mm) baris rel selanjutnya menuju Yogyakarta melalui Magelang dari arah selatan. Hal ini masih bisa terlihat bahwa kedua sisinya dibangun stasiun kereta api untuk mengakomodasi ukuran yang berbeda.
Museum kereta api Ambarawa kemudian didirikan pada tanggal 6 Oktober 1976 di Stasiun Ambarawa untuk melestarikan lokomotif uap yang kemudian datang ke akhir masa pemanfaatan kembali ketika 3ft 6in (1067 mm) jalur rel kereta api dari Perusahaan Negara Kereta Api ditutup. Ini merupakan museum terbuka yang terdapat di samping stasiun asli. 

WISATA
Memasuki gedung museum, di depan loket penjualan karcis   yang bertuliskan Williem I terdapat potongan rel kereta beserta rodanya yang seakan-akan menyapa pengunjung dengan “selamat datang di museum kereta api, Ambarawa”. Gedung museum ini terlihat rapi dan apik mungkin karena baru saja direnovasi. Menyelusuri museum ini dari depan menuju ke bagian sebelah kanan gedung terlihat beberapa lokomotif  tua yang dipajang dan  tertata rapi di halaman museum. Lokomotif-lokomotif  tua ini  hanya menjadi benda pajangan saja,  karena sudah tidak pernah dipergunakan lagi. Fisik dari lokomotif tua ini  pada umumnya masih bagus dan terawat meskipun pada beberapa bagian dari lokomotif   tampak keropos karena termakan usia. Pengecatan ulang pada tubuh lokomotif tua ini ternyata mampu membawa nuansa segar dan membuat lokomotif ini terlihat menarik.
Ruang pameran di museum ini terbagi menjadi dua, bagian dalam gedung dan bagian halaman. Pada bagian halaman museum, kita dapat melihat  berbagai jenis lokomotif tua yang dijejerkan di halaman. Di sisi yang berseberangan dengan deretan lokomotif tua, terdapat dua jalur rel yang masih difungsikan untuk kegiatan  wisata kereta pada saat akhir pekan atau atas permintaan khusus.
Menurut informasi, bahwa total lokomotif tua yang dipajang di seluruh  halaman museum sebanyak 21 buah. Lokomotif-lokomotif ini rata-rata dibuat pada akhir abad ke 19 atau awal abad ke 20.  Lokomotif  di museum ini pada umumnya berteknologi kuno yang menggunakan bahan bakar kayu. Karena berteknologi kuno, maka kecepatan maksimal kereta ini pun  hanya sekitar 50 km/jam hingga 90 km/jam.

Pada bagian dalam gedung, bangunan utama yang bernama Willem I merupakan ruang pameran berisi peralatan dan benda-benda perkeretaapi-an yang digunakan pada waktu kereta api beroperasi di stasiun tersebut pada tahun 1873. Bentuk bangunan ini tetap dipertahankan seperti aslinya  dengan tetap melakukan  perawatan  seperti  pengecatan ulang bangunan.
Pada ruang pameran ini kita dapat melihat aneka peralatan perkeretaapian pada jaman dahulu. Beraneka ragam onderdil kereta, telepon, mesin ketik, mesin pencetak tiket, potongan rel, hingga furnitur-furnitur yang digunakan pada  saat itu masih  terpajang dengan rapi di dalam Gedung Willem I ini. Peralatan yang berada di ruang pameran ini semuanya dalam keadaan terkunci, mungkin untuk menjaga keamanannya dari keisengan pengunjung.
Bagian-bagian dalam gedung ini terbagi-bagi menjadi beberapa ruangan seperti ruang masinis, ruang kepala stasiun, ruang staf,   ruang tunggu, ruang pamer  serta toilet yang masih menggunakan bahasa Belanda,  yaitu Dames untuk wanita dan Heren untuk pria. Loket tempat penjualan karcis pun  masih dipertahankan  utuh seperti aslinya. Terdapat dua buah loket yang masing-masing terletak di setiap ujung Gedung Willem I ini.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar